Friday, September 07, 2012

Tip Amalan Harian : 15 Sunnah Rasulullah SAW dan Kelebihan Mengamalkan Sunnah Rasulullah SAW

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
 .
Berikut merupakan antara amalan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam dan ia menjadi sunnah  buat umatnya yang dikasihi. Amalan ini mampu menjadikan seseorang itu mencintai baginda dan boleh membawa seseorang itu cenderung ke arah  ‘soleh wa musleh’.
.

1.     Senyuman

Abdullah bin Al-Harist Radliyallahu’anhu menuturkan, yang artinya, “Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam.” (Riwayat At-Tirmidzi)
.

2.     Dahulukan Kanan

Daripada Aisyah, katanya: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam lebih suka mendahulukan yang kanan dalam segala hal (perbuatan) seperti memakai terompah, bersikat, berwuduk dan mandi.“ (Hadis riwayat Muslim)
.

3.     Berpakaian

Ummu Salamah meriwayatkan: “Pakaian yang paling disukai oleh Baginda Shalallahu ‘alaihi wasalam ialah pakaian Qamis).” (Riwayat Tarmizi dan Abu Daud)
.

4.     Bercelak

Ibnu Abbas meriwayatkan bahawa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Hendaklah kamu bercelak dengan menggunakan batu celak (Al-Itsmid) kerana celak dapat memperjelaskan penglihatan dan menumbuhkan bulu (mata).” (Riwayat Tarmizi dan Abu Daud)
.

5.     Memakai Cincin

Ali bin Abi Talib meriwayatkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam memakai cincin di jari tangan kanan Baginda.” (Riwayat Tarmizi, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Hibban.)
.

6.     Makan

Ka’ab bin Malik r.a. meriwayatkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam makan menggunakan ketiga jari Baginda. Selepas makan  Baginda menjilati ketiga-tiganya.” (Riwayat Tarmizi, Muslim, Abu Daud dan Ahmad)
.

7.     Minum

Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan: “Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam minum, Baginda menarik nafas (menghela) dua kali.” (Riwayat Tarmizi dan Abu Syaikh)
.

8.     Bersilaturrahim

Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan, adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan persaudaraan.”   (Riwayat Ibnu Majah).
.

9.     Berjalan

Ali bin Abi Talib meriwayatkan: “Apabila Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berjalan, tubuh Baginda tegak seperti sedang menuruni tanah yang landai.” (Riwayat Tarmizi dan Hakim)
.

10.  Berkata

Anas Ibnu Malik r.a. meriwayatkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mengulangi  perkataan Baginda tiga kali supaya lebih difahami (oleh pendengarnya).” (Riwayat Tarmizi dan Hakim)
.

11.  Tertawa

Abdullah bin Harith r.a. meriwayatkan: “Tawa Nabi Muhammad  Shalallahu ‘alaihi wasalam hanyalah senyuman.” (Riwayat Tarmizi )
.

12.  Bergurau

Anas bin Malik r.a. meriwayatkan: “Betapa baiknya Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam menggauli kami. Baginda berkata kepada saudaraku yang masih kecil, ‘Wahai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan oleh burung nughair?’” (Riwayat Tarmizi, Bukhari, Abu Daud, Nasa’i dan Ahmad)
.
13.  Tidur
Aisyah r.ha. meriwayatkan: “Setiap kali hendak tidur pada malam hari, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam selalu menadahkan  kedua tapak tangan sambil membaca Surah al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas kemudian Baginda meniup kedua-dua tapak tangan tersebut. Setelah itu, Baginda menyapu bahagian tubuh yang terjangkau, dimulai dari kepala, wajah lalu bahagian depan tubuh Baginda. Hal itu Baginda lakukan sebanyak tiga kali.” (Riwayat Tarmizi, Abu Daud, Ibnu Majah, Nasa’i dan Ahmad)
.
14.  Membaca al-Quran
Ya’la bin Mamlak bertanya kepada Ummu Salamah tentang cara Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam membaca al-Quran. Menurut Ummu Salamah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam membaca al-Quran dengan sangat jelas kalimah demi kalimah. (Riwayat Tarmizi, Bukhari, Abu Daud dan Nasa’i)
.
15.  Ibadah
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam melaksanakan solat hingga kedua-dua kaki Baginda bengkak. Beliau bertanya, “Mengapa engkau melakukan hal ini padahal engkau mengetahui bahawa Allah SWT telah mengampuni dosamu yang telah berlalu dan akan datang?” Baginda Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, ‘Tidakkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?’.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Khuzaimah)
.
.

والله أعلم بالصواب

 (Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)
.
.

والسلام علبكم و رحمة الله و بركاته

Kelebihan Mengamalkan Sunnah Nabi Muhammad saw



Ketahuilah! Siapa saja dari umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berupaya untuk senantiasa mengikuti dan menaati beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan ikhlas serta menjadikannya sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari, maka sungguh ia akan mendapatkan sekian banyak keutamaan yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya adalah sebagaimana keterangan berikut ini:

1. Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Merupakan Sebab Diterimanya Suatu Amalan
Telah kita ketahui bersama bahwa dua prinsip dasar yang harus selalu beriringan dalam melandasi suatu amal agar diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah keikhlasan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebaliknya, apabila hilang salah satu dari keduanya, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan hendaknya kita khawatir suatu amal shalih yang kita kerjakan akan ditolak atau tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak pernah kami tuntunkan, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu keutamaan terbesar dalam Ittiba’us Sunnah (mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) adalah diterimanya suatu amalan.

Al Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: “Dalam mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terdapat keberkahan dalam mengikuti syari’at, meraih keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala, meninggikan derajat, menentramkan hati, menenangkan badan, membuat marah syaithan, dan berjalan di atas jalan yang lurus.” (Dharuratul Ihtimam, hal. 43)

2. Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Membuahkan Persatuan Kaum Muslimin
Para pembaca yang mulia, setiap muslim tentu sangat merindukan terwujudnya persatuan kaum muslimin. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa persatuan merupakan perkara yang diridhoi dan diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan perpecahan merupakan perkara yang dibenci dan dilarang oleh-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Dan berpegang-teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai.” (Ali Imran: 103)

Al Imam Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah telah memerintahkan kepada mereka (umat Islam, red) untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan. Di dalam banyak hadits juga terdapat larangan dari perpecahan dan perintah untuk bersatu dan berkumpul.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/367)
Adapun asas bagi persatuan yang diridhoi dan diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bukan berasaskan kesukuan, organisasi, kelompok, daerah, partai, dan sebagainya. Akan tetapi asasnya adalah: Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman As-Salafush Shalih (para shahabat Rasulullah, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in).

Al Imam Al Qurthubi rahimahullah ketika menjelaskan ayat 103 surat Ali Imran di atas menyatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan kepada kita agar berpegang teguh dengan kitab-Nya (Al Qur’an) dan sunnah nabi-Nya, serta merujuk kepada keduanya di saat terjadi perselisihan. Allah subhanahu wa ta’ala juga memerintahkan kepada kita agar bersatu di atas Al Qur’an dan As Sunnah dalam hal keyakinan dan amalan. Hal ini agar kaum muslimin bersatu dan tidak tercerai-berai, sehingga akan meraih kemaslahatan dunia dan agama, serta selamat dari perselisihan. (Lihat Tafsir Al Qurthubi, 4/105)
Mengapa harus dengan pemahaman As Salafus Shalih (para shahabat Rasulullah, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in)?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Sebagaimana tidak ada generasi yang lebih sempurna dari generasi para shahabat, maka tidak ada pula kelompok setelah mereka yang lebih sempurna dari para pengikut mereka. Maka dari itu, siapa saja yang lebih kuat dalam mengikuti hadits Rasulullah dan sunnahnya, serta jejak para shahabat, maka ia lebih sempurna. Kelompok yang seperti ini keadaannya, akan lebih utama dalam hal persatuan, petunjuk, berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan lebih terjauhkan dari perpecahan, perselisihan, dan fitnah. Dan barangsiapa yang menyimpang jauh dari itu (Sunnah Rasulullah dan jejak para sahabat), maka ia akan semakin jauh dari rahmat Allah dan semakin terjerumus ke dalam fitnah.” (Minhajus Sunnah, 6/368)

3. Pahala Besar Bagi Orang Yang Berpegang Teguh Dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi) pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh.” Ada seseorang yang bertanya: “Lima puluh dari mereka, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Pahala lima puluh dari kalian.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, lihat Silsilah Ash Shahihah, no. 494)

4. Jaminan Istiqomah dan Hidayah Bagi Orang Yang Berpegang Teguh dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Selama seseorang berada di atas Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia akan tetap berada di atas jalan istiqomah. Sebaliknya, jika tidak demikian, berarti ia telah menyimpang dari jalan yang lurus. Sebagaimana yang dikatakan oleh shahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu:
“Manusia akan senantiasa berada di atas jalan yang lurus selama mereka mengikuti jejak Nabi.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul Jannah, no. 197).

Shahabat ‘Urwah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Mengikuti sunnah-sunnah Nabi adalah tonggak penegak agama.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul Jannah, no. 198).
Salah seorang tabi’in bernama Ibnu Sirin mengatakan: “Dahulu mereka mengatakan: selama seseorang berada di atas jejak Nabi, maka ia berada di atas jalan yang lurus.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul Jannah, no. 200)

Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Dan jika kalian menaatinya niscaya kalian akan mendapatkan hidayah.” (An Nur: 54)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah berkata: “Jika kalian menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam niscaya kalian akan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus, baik ucapan maupun perbuatan. Dan tidak ada jalan untuk mendapatkan hidayah melainkan dengan menaatinya, dan tanpa (menaatinya) tidak mungkin (akan mendapatkan hidayah) bahkan mustahil.” (Tafsir As Sa’di, hal. 521)

5. Mendapatkan Cinta dari Allah subhanahu wa ta’ala dan akan masuk Al Jannah (surga)
Para pembaca yang mulia, bukankah kita semua ingin mendapatkan cinta dari Allah? Ketahuilah! Bahwa cinta dari Allah subhanahu wa ta’ala hanya akan diperoleh dengan mengikuti dan mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala (artinya):

“Katakanlah (wahai Muhammad!): “Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku! Niscaya Allah pasti akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Setiap umatku akan masuk Al Jannah (surga) kecuali orang yang enggan.” Para shahabat bertanya: “Siapakah orang yang enggan itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku, ia akan masuk Al Jannah dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka sungguh ia telah enggan.” (HR. Al Bukhari)


Sumber :shafiqolbu.wordpress/Pembaca AnakkuSoleh.com

No comments:

Post a Comment