بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
.
Berikut merupakan antara amalan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam
dan ia menjadi sunnah buat umatnya yang dikasihi. Amalan ini mampu
menjadikan seseorang itu mencintai baginda dan boleh membawa seseorang
itu cenderung ke arah ‘soleh wa musleh’.
.
1. Senyuman
Abdullah bin Al-Harist Radliyallahu’anhu menuturkan, yang artinya, “Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam.” (Riwayat At-Tirmidzi)
.
2. Dahulukan Kanan
Daripada Aisyah, katanya: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam lebih suka mendahulukan yang kanan dalam segala hal (perbuatan) seperti memakai terompah, bersikat, berwuduk dan mandi.“ (Hadis riwayat Muslim)
.
3. Berpakaian
Ummu Salamah meriwayatkan: “Pakaian yang paling disukai oleh Baginda Shalallahu ‘alaihi wasalam ialah pakaian Qamis).” (Riwayat Tarmizi dan Abu Daud)
.
4. Bercelak
Ibnu Abbas meriwayatkan bahawa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Hendaklah
kamu bercelak dengan menggunakan batu celak (Al-Itsmid) kerana celak
dapat memperjelaskan penglihatan dan menumbuhkan bulu (mata).” (Riwayat Tarmizi dan Abu Daud)
.
5. Memakai Cincin
Ali bin Abi Talib meriwayatkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam memakai cincin di jari tangan kanan Baginda.” (Riwayat Tarmizi, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Hibban.)
.
6. Makan
Ka’ab bin Malik r.a. meriwayatkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam makan menggunakan ketiga jari Baginda. Selepas makan Baginda menjilati ketiga-tiganya.” (Riwayat Tarmizi, Muslim, Abu Daud dan Ahmad)
.
7. Minum
Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan: “Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam minum, Baginda menarik nafas (menghela) dua kali.” (Riwayat Tarmizi dan Abu Syaikh)
.
8. Bersilaturrahim
Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah
kamu tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun
keburukan? Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan, adalah
balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali
silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah
balasan bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan persaudaraan.” (Riwayat Ibnu Majah).
.
9. Berjalan
Ali bin Abi Talib meriwayatkan: “Apabila Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berjalan, tubuh Baginda tegak seperti sedang menuruni tanah yang landai.” (Riwayat Tarmizi dan Hakim)
.
10. Berkata
Anas Ibnu Malik r.a. meriwayatkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mengulangi perkataan Baginda tiga kali supaya lebih difahami (oleh pendengarnya).” (Riwayat Tarmizi dan Hakim)
.
11. Tertawa
Abdullah bin Harith r.a. meriwayatkan: “Tawa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam hanyalah senyuman.” (Riwayat Tarmizi )
.
12. Bergurau
Anas bin Malik r.a. meriwayatkan: “Betapa baiknya Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam
menggauli kami. Baginda berkata kepada saudaraku yang masih kecil,
‘Wahai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan oleh burung nughair?’” (Riwayat Tarmizi, Bukhari, Abu Daud, Nasa’i dan Ahmad)
.
13. Tidur
Aisyah r.ha. meriwayatkan: “Setiap kali hendak tidur pada malam hari, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
selalu menadahkan kedua tapak tangan sambil membaca Surah al-Ikhlas,
al-Falaq dan an-Nas kemudian Baginda meniup kedua-dua tapak tangan
tersebut. Setelah itu, Baginda menyapu bahagian tubuh yang terjangkau,
dimulai dari kepala, wajah lalu bahagian depan tubuh Baginda. Hal itu
Baginda lakukan sebanyak tiga kali.” (Riwayat Tarmizi, Abu Daud, Ibnu Majah, Nasa’i dan Ahmad)
.
14. Membaca al-Quran
Ya’la bin Mamlak bertanya kepada Ummu Salamah tentang cara Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam membaca al-Quran. Menurut Ummu Salamah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam membaca al-Quran dengan sangat jelas kalimah demi kalimah. (Riwayat Tarmizi, Bukhari, Abu Daud dan Nasa’i)
.
15. Ibadah
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
melaksanakan solat hingga kedua-dua kaki Baginda bengkak. Beliau
bertanya, “Mengapa engkau melakukan hal ini padahal engkau mengetahui
bahawa Allah SWT telah mengampuni dosamu yang telah berlalu dan akan
datang?” Baginda Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, ‘Tidakkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?’.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Khuzaimah)
.
.
والله أعلم بالصواب
(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)
.
.
والسلام علبكم و رحمة الله و بركاته
Kelebihan Mengamalkan Sunnah Nabi Muhammad saw
Ketahuilah!
Siapa saja dari umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang
berupaya untuk senantiasa mengikuti dan menaati beliau shallallahu
‘alaihi wasallam dengan ikhlas serta menjadikannya sebagai suri tauladan
dalam kehidupan sehari-hari, maka sungguh ia akan mendapatkan sekian
banyak keutamaan yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya adalah sebagaimana
keterangan berikut ini:
1. Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Merupakan Sebab Diterimanya Suatu Amalan
Telah
kita ketahui bersama bahwa dua prinsip dasar yang harus selalu
beriringan dalam melandasi suatu amal agar diterima oleh Allah subhanahu
wa ta’ala adalah keikhlasan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Sebaliknya, apabila hilang salah satu dari keduanya,
maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan
hendaknya kita khawatir suatu amal shalih yang kita kerjakan akan
ditolak atau tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak pernah kami tuntunkan, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
Dari
hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu keutamaan
terbesar dalam Ittiba’us Sunnah (mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam) adalah diterimanya suatu amalan.
Al Imam Ibnu
Qudamah rahimahullah berkata: “Dalam mengikuti Sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam terdapat keberkahan dalam mengikuti
syari’at, meraih keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala, meninggikan
derajat, menentramkan hati, menenangkan badan, membuat marah syaithan,
dan berjalan di atas jalan yang lurus.” (Dharuratul Ihtimam, hal. 43)
2. Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Membuahkan Persatuan Kaum Muslimin
Para
pembaca yang mulia, setiap muslim tentu sangat merindukan terwujudnya
persatuan kaum muslimin. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama,
bahwa persatuan merupakan perkara yang diridhoi dan diperintahkan oleh
Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan perpecahan merupakan perkara yang
dibenci dan dilarang oleh-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
(artinya): “Dan berpegang-teguhlah kalian semua dengan tali (agama)
Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai.” (Ali Imran: 103)
Al
Imam Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah telah
memerintahkan kepada mereka (umat Islam, red) untuk bersatu dan melarang
mereka dari perpecahan. Di dalam banyak hadits juga terdapat larangan
dari perpecahan dan perintah untuk bersatu dan berkumpul.” (Tafsir Ibnu
Katsir, 1/367)
Adapun asas bagi persatuan yang diridhoi dan
diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bukan berasaskan kesukuan,
organisasi, kelompok, daerah, partai, dan sebagainya. Akan tetapi
asasnya adalah: Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dengan pemahaman As-Salafush Shalih (para shahabat Rasulullah,
para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in).
Al Imam Al Qurthubi
rahimahullah ketika menjelaskan ayat 103 surat Ali Imran di atas
menyatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan kepada kita agar
berpegang teguh dengan kitab-Nya (Al Qur’an) dan sunnah nabi-Nya, serta
merujuk kepada keduanya di saat terjadi perselisihan. Allah subhanahu wa
ta’ala juga memerintahkan kepada kita agar bersatu di atas Al Qur’an
dan As Sunnah dalam hal keyakinan dan amalan. Hal ini agar kaum muslimin
bersatu dan tidak tercerai-berai, sehingga akan meraih kemaslahatan
dunia dan agama, serta selamat dari perselisihan. (Lihat Tafsir Al
Qurthubi, 4/105)
Mengapa harus dengan pemahaman As Salafus Shalih (para shahabat Rasulullah, para tabi’in, dan tabi’ut tabi’in)?
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Sebagaimana tidak ada
generasi yang lebih sempurna dari generasi para shahabat, maka tidak ada
pula kelompok setelah mereka yang lebih sempurna dari para pengikut
mereka. Maka dari itu, siapa saja yang lebih kuat dalam mengikuti hadits
Rasulullah dan sunnahnya, serta jejak para shahabat, maka ia lebih
sempurna. Kelompok yang seperti ini keadaannya, akan lebih utama dalam
hal persatuan, petunjuk, berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan
lebih terjauhkan dari perpecahan, perselisihan, dan fitnah. Dan
barangsiapa yang menyimpang jauh dari itu (Sunnah Rasulullah dan jejak
para sahabat), maka ia akan semakin jauh dari rahmat Allah dan semakin
terjerumus ke dalam fitnah.” (Minhajus Sunnah, 6/368)
3. Pahala Besar Bagi Orang Yang Berpegang Teguh Dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya
di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu
seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi)
pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh.” Ada seseorang yang
bertanya: “Lima puluh dari mereka, wahai Rasulullah?” Rasulullah
menjawab: “Pahala lima puluh dari kalian.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan At
Tirmidzi, lihat Silsilah Ash Shahihah, no. 494)
4. Jaminan Istiqomah dan Hidayah Bagi Orang Yang Berpegang Teguh dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Selama
seseorang berada di atas Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, maka ia akan tetap berada di atas jalan istiqomah. Sebaliknya,
jika tidak demikian, berarti ia telah menyimpang dari jalan yang lurus.
Sebagaimana yang dikatakan oleh shahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhu:
“Manusia akan senantiasa berada di atas jalan yang lurus
selama mereka mengikuti jejak Nabi.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul Jannah,
no. 197).
Shahabat ‘Urwah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Mengikuti
sunnah-sunnah Nabi adalah tonggak penegak agama.” (HR. Al Baihaqi,
Miftahul Jannah, no. 198).
Salah seorang tabi’in bernama Ibnu Sirin
mengatakan: “Dahulu mereka mengatakan: selama seseorang berada di atas
jejak Nabi, maka ia berada di atas jalan yang lurus.” (HR. Al Baihaqi,
Miftahul Jannah, no. 200)
Oleh karena itu, Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman (artinya): “Dan jika kalian menaatinya niscaya kalian
akan mendapatkan hidayah.” (An Nur: 54)
Asy Syaikh Abdurrahman As
Sa’di rahimahullah berkata: “Jika kalian menaati Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam niscaya kalian akan mendapatkan petunjuk ke jalan yang
lurus, baik ucapan maupun perbuatan. Dan tidak ada jalan untuk
mendapatkan hidayah melainkan dengan menaatinya, dan tanpa (menaatinya)
tidak mungkin (akan mendapatkan hidayah) bahkan mustahil.” (Tafsir As
Sa’di, hal. 521)
5. Mendapatkan Cinta dari Allah subhanahu wa ta’ala dan akan masuk Al Jannah (surga)
Para
pembaca yang mulia, bukankah kita semua ingin mendapatkan cinta dari
Allah? Ketahuilah! Bahwa cinta dari Allah subhanahu wa ta’ala hanya akan
diperoleh dengan mengikuti dan mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala (artinya):
“Katakanlah
(wahai Muhammad!): “Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku!
Niscaya Allah pasti akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa
kalian.” (Ali Imran: 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
juga bersabda: “Setiap umatku akan masuk Al Jannah (surga) kecuali orang
yang enggan.” Para shahabat bertanya: “Siapakah orang yang enggan itu
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku, ia akan
masuk Al Jannah dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka sungguh
ia telah enggan.” (HR. Al Bukhari)
Sumber :shafiqolbu.wordpress/Pembaca AnakkuSoleh.com